Sang ayah bertanya, “jadi bagaimana disana?”
Si anak mengatakan “Saya pikir, baik-baik saja.”
“Apa perbedaan antara rumah kita dan rumah mereka?” Tanya sang ayah.
“Wow! Ada banyak perbedaan! “Dengan antusias, si anak melanjutkan ceritanya,
“Kita memiliki seekor anjing di rumah, tetapi mereka memiliki empat. Kita telah memurnikan air di kolam renang kita, tetapi mereka memiliki kolam yang sangat besar dengan air segar dan jernih, bahkan ada ikan di dalamnya!
Ada lampu di taman kita sementara bulan dan bintang-bintang bersinar terang pada ladang mereka di malam hari.Kebun kita dibatasi oleh dinding, tapi mereka tak terbatas. Kebun mereka sangat luas sepertinya sampai ke ujung langit.Kita mendengarkan CD di rumah, namun mereka mendengarkan kicauan burung dan suara alam lainnya. Rumah kita dikelilingi oleh dinding, tetapi mereka selalu menyambut teman-teman sehingga pintu mereka selalu terbuka. Di kota, ponsel dan komputer yang menghubungkan kita; disana, orang saling berhubungan erat dengan alam dan keluarga mereka. ”
Sang ayah sangat terkejut ketika anaknya melanjutkan perkataannya. “Ayah, terima kasih untuk membiarkan aku tahu betapa miskinnya kita sebenarnya.” Kata anak itu.
“Many people are so poor that the only thing they have is money.” – Rodolfo Costa
Didalam salah satu Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah bersabda:
“Setiap anak Adam akan mengalami masa tua (pikun), kecuali dua perkara daripadanya yang membuatnya semakin muda yakni ketamakan terhadap harta benda, dan keinginan terhadap (panjang) umur.” (HR. Bukhari Muslim)
Hidup kita, kebahagiaan kita dan alam sekitar kita adalah hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang. Mengapa hal-hal yang bisa dibeli dengan uang menjadi lebih berharga daripada hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang?
Ketika Anda mulai menghargai orang-orang di sekitar Anda dan mensyukuri semua yang Anda miliki, Anda akan berhenti mengejar setelah “merasa cukup” karena Anda tahu, Anda telah memiliki semua yang Anda butuhkan.
Allah Subhanahu wa ta’ala. menyuruh umat manusia untuk tidak mudah dibutakan oleh harta duniawi, harta duniawi bukanlah harta yang sebenarnya yang dibutuhkan oleh seorang manusia. Harta yang paling hakiki adalah yang terletak dalam diri sendiri yaitu kekayaan hati. Kekayaan hati yang dimaksud adalah selalu merasa cukup atas karunia Allah yang diberikan saat ini, selalu melakukan hal dengan landasan jalan Allah. Jalan Allah yang selalu menuntun umatnya pada suatu hal yang bersifat kekal, itu berarti kebahagiaan yang didapat bukan hanya di dunia tapi kekekalan di akhirat.
Jika Anda adalah orang yang kaya, tanyakan pada diri Anda pertanyaan-pertanyaan ini, “apakah saya menjadi lebih bertambah jauh bahkan terputus dengan teman-teman dan keluarga, dan bahkan dengan Sang Pecipta anda yang telah memberikan anda harta, kehidupan, dan nikmat-nikmat lainnya? Apakah saya masih menginginkan lebih banyak harta? ”
Didalam HR. Tirmidzi yang dishohihkan oleh Syaikh Al Albani, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (yg merusak/menyesatkan mereka), dan fitnah yang ada pada umatku adalah harta”. (HR. Tirmidzi)
Menyibukkan diri dengan harta secara berlebihan adalah bentuk fitnah atau ujian yang bsa merusak agama seseorang, karena harta dapat melalaikan pikiran manusia dari melaksanakan ketaatan kepada Allah dan membuatnya lupa kepada akhirat, sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu merupakan fitnah atau ujian bagimu, dan di sisi Allahlah pahala yg besar.” (QS. At-Tagabun; 15)
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: “Orang yg mencintai harta dunia secara berlebihan tidak akan lepas dari 3 kerusakan/penderitaan, yaitu: Kekalutan pikiran yang tidak akan pernahhilang, Keletihan yang berkepanjangan, dan penyesalan yang tiada akhirnya.” (Ighotsatul Lahfaan hal.83-84)
Oleh karena itu, sebagai seorang yang beriman seharusnya menjauhi sifat hubud dunya seperti ketamakan akan harta dan keinginan panjang umur. Hal ini bukan berarti kita dilarang untuk memiliki harta. Akan tetapi, kita dapat menggunakannya sebagai sarana berdakwah dan berjuang dijalan Allah. Karena ternyata kebahagiaan bukan terletak pada urusan duniawi saja. Kebahagiaan dapat berupa amal sholeh yang akan kita peroleh manakala kita berbuat kebajikan dengan dilandasi keimanan.
Kebutuhan akan dunia hendaknya harus senantiasa di bentengi dengan kebutuhan akan akhirat. Karena bagaimanapun juga keduanya haruslah senantiasa berjalan beriringan. Apabila salah satu dari keduanya diabaikan, bukan saja nikmat Allah yang akan menjauh tetapi juga laknat Allah yang akan menghampirinya. Dengan demikian, maka jelaslah bahwasannya sebagai seorang muslim hendaknya jangan tertipu oleh kemegahan dunia dengan menimbun harta dan tamak akan umur, melainkan juga harus mengimbangi kebutuhan dunia tersebut dengan beribadah di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Jangan lupa LIKE,COMMENT and SHARE yaa !!!
Sumber : http://www.merekado.com/lain-lain/percakapan-ayah-dan-anak-tentang-harta/
0 komentar:
Post a Comment